Assalammualaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbilalamin, puji serta syukur
kita panjatkan kehadirat Illahi Robbi, karena berkat rahmat, karunia serta
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “DIMENSI DAN STRUKTUR
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL” . Tak
lupa salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjunan Nabi Muhammad
SAW, kepada para sahabatnya, dan sampai kepada kita sebagai umatnya. Amin.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan
kekeliruan dalam pembuatan makalah ini. kami sadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena tak ada manusia yang sempurna. Kebenaran hanyalah milik
Allah SWT. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran dari para
pembaca.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan bimbingan-Nya serta
rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Wassalammualaikum wr. wb.
Pontianak, Januari 2012
DAFTAR
ISI
A.
Latar Belakang Masalah……………..…………………………………………...1
A.
Dimensi
PIPS 3
1. Dimensi Pengetahuan (Knowledge)…………………………………………..…………..3
2. Dimensi Ketrampilan (Skill)…………………………………………………………………….4
3. Dimensi Nilai &
Sikap..……………………………………………………………..……………6
4. Dimensi Tindakan
(Action)……………………………………………………………………..7
B.
Struktur
PIPS……………………………………………………………………….………………………..8
C.
Model
Struktur Pengetahuan………………………………………………………………………..8
1. Atribut……………………………………………………………………………………………………9
1. Atribut……………………………………………………………………………………………………9
2. Kelas………………………………………………………………………………………………………9
3. Symbol…………………………………………………………………………………………………..10
4. Konsep…………………………………………………………………………………………………..10
5. Generalisasi...…………………………………………………………………………………………11
BAB III PENUTUP……………….…………………………………………………………………………………..………12
A.
Kesimpulan………………..………………………………………………………………………………...12
B.
Saran…………………………..………………………………………………………………………………..12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Salah
satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional adalah
kemempuan dalam mengorganisir materi pembelajaran. Untuk melakukan tugas
tersebut, guru hendaknya memiliki keterampilan bagaimana merencanakan
pembelajaran tersebut sesuai dengan karakteristik bahan materi pembelajaran
disamping karakteristik siswa, kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat
sekitarnya.
Dalam
makalah ini diuraikan tentang dimensi dan struktur Pendidikan IPS (PIPS) yang
akan menjadi dasar dan sumber pembelajaran khususnya dalam pengorganisasian
materi yang diselenggarakan oleh guru. Proses pembelajaran di kelas untuk para
siswa hendaknya dapat mengarakan, membimbing, dan mempermudah mereka dalam
penguasaan sejumlah konsep dasar sehingga mereka dapat membentukstruktur ilmu
pengetahuannya sendiri. Tugas ini sebenaranya tidak mudah mengingat kemampuan
sisiwa sekolah memiliki latar belakang kemampuan dan lingkungan yang berbeda.
Oleh karena itu, sangat perlu ada upaya pencarian dan penerapan model
pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar lebih berkualitas.
Penguasaan
dan pengembangan dimensi dan struktur pembelajaran dalam PIPS sangat penting
bagi guru karena siswa sekolah menengah diharapkan telah memiliki kemampuan
berfikir abstrak dan parsial atau spesialisasi serta berpikir analitis. Untuk
memfasilitasi kebutuhan ini mahasiswa calon guru perlu mempersiapkan model
pembelajaran yang tepat yang didukung oleh kemampuan penguasaan terhadap
dimensi-dimensi PIPS dan strukturnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa dan bagaimana dimensi pengetahuan (knowledge)
dalam pendidikan IPS?
2.
Apa dan bagaimana dimensi keterampilan (skill)
dalam pendidikan IPS?
3.
Apa dan bagaimana dimensi nilai dan sikap (values
and attitudes) dalam pendidikan IPS?
4.
Apa yang dimaksud dengan dimensi tindakan (action)
dalam pendidikan IPS?
C.
Tujuan
1.
Memahami apa dan bagaimana dimensi pengetahuan (knowledge) dalam pendidikan IPS?
2.
Memahami apa dan bagaimana dimensi keterampilan (skill) dalam pendidikan IPS?
3.
Memahami apa dan bagaimana dimensi nilai dan sikap (values and attitudes) dalam pendidikan IPS?
4.
Memahami apa yang dimaksud dengan dimensi tindakan (action) dalam pendidikan IPS?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dimensi PIPS
1.
Dimensi Pengetahuan (Knowledge)
Setiap orang memiliki wawsan tentang pengetahuan sosial yang
berbeda-beda. Secara konseptual, pengetahuan (knowledge) hendaknya
mencakup: (1) Fakta; (2) Konsep; dan (3) generalisasi yang dipahami oleh siswa.
Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek,
orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS diharapkan
siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupan.
Pada dasarnya fakta yang disajikan untuk para siswa
hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan berfikirnya. Secara
umum, fakta untuk siswa SD hendaknya berupa peristiwa, objek, dan hal-hal yang
bersifat konkret. Oleh karena itu guru perlu mengupayakan agar fakta
disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas masing-masing.
Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil
terutama dari disiplin-disiplin ilmu sosial. Banyaknya konsep yang terkait
dengan lebih dari satu disiplin, isu-isu sosial, dan tema-tema yang berasal
dari banyak dimensi ilmu sosial. Konsep-konsep tersebut tergantung pula pada
jenjang dan kelas sekolah.
Konsep yang dibentuk secara multidisiplin berasal dari
konsep disiplin tradisional dan menjadi pemerkaya bagi kajian IPS.
Konsep-konsep ini muncul karena adanya keperdulian dan persepsi sosial serta
munculnya permasalahan social yang semakin kompleks. Hal ini telah dipandang
sebagai cara alternatif dalam mengorganisasikan konsep-konsep IPS.
Generalisasi merupakan suatu pernyataan dari dua atau lebih
konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi,
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
Pengembangan konsep dan generalisasi adalah proses
mengorganisir dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat.
Merumuskan generalisasi dan mengembangkan konsep merupakan tujuan pembelajaran
IPS yang harus dicapai oleh siswa dengan bimbingan guru. Hubungan antara
generalisasi dan fakta bersfat dinamis. Memperkenalkan informasi baru yang
dapat mendorong siswa untuk merumuskan generalisasi merupakan cara yang baik
untuk menkondisikan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dengan informasi
baru, pada siswa dapat mengubah dan memperbaiki generalisasi yang telah
dirumuskan terlebih dahulu.
2.
Dimensi Keterampilan (Skills)
Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan
keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara
yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Oleh
karena itu, berikut uraian sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga
menjadi unsure dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran.
a.
Keterampilan Meneliti
Keterampilan ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah
data. Secara umum penelitian mencapkup sejumlah aktivitas sebagai berikut:
- Mengidentifikasi
dan mengungkapkan masalah atau isu
- Mengumpulkan
dan mengolah data
- Menafsirkan
data
- Menganalisis
data
- Menilai
bukti-buki yang ditemukan
- Memyimpulkan
- Menerapkan
hasil temuan dan konteks yang berbeda
- Membuat
pertimbangan nilai
b.
Keterampilan Berpikir
Sejumlah keterampilan berpikir banyak berkontribusi terhadap
pemecahan masalah dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat secara efektif.
Untuk mengembangkan keterampilan berfikir pada diri siswa, perlu ada pengusaan
terhadap bagian-bagian yang lebih khusus dari keterampilan berfikir tersebut
serta melatihnya di kelas.
Beberapa keterampilan berfikir yang perlu dikembangkan oleh
guru di kelas untuk para siswa meliputi:
- Mengkaji
dan menilai data secara kritis
- Merencanakan
- Merumuskan
faktor sebab dan akibat
- Memprediksi
hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa
- Menyarankan
apa yang akan ditembulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan
- Curah
pendapat (brainstorming)
- Berspekulasi
tentang masa depan
- Menyarankan
berbagai solusi alternatif
- Mengajukan
pendapat dan perspektif yang berbeda
c.
Keterampilan Partisipasi Sosial
Dalam belajar IPS, siswa perlu dibelajarkan bagaiman
berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Keahlian bekerja dalam kelompok
sangat penting karena dalam kehidupan bermasyarakat begitu banyak orang
menggantungkan hidup melalui kelompok. Beberapa keterampilan partisipasi sosial
yang perlu dibelajarkan oleh guru meliputi:
- Mengidentifikasi
akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap orang lain
- Menunjukkan
rasa hormat dan perhatian kepada orang lain
- Berbuat
efektif sebagai anggota kelompok
- Mengambil
berbagai peran kelompok
- Menerima
kritik dan saran
- Menyesuaikan
kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan
d.
Keterampilan Berkomunikasi
Pengembangan keterampilan berkomunikasi merupakan aspek yang
penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial. Setiap
siswa perlu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemahaman dan perasaannya
secara jelas, efektif, dan kreatif. Walaupun bahasa tulis dan lisan telah
menjadi alat berkomunikasi yang paling biasa, guru hendaknya selalu mendorong
para siswa untuk mengungkapkan gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam
film, drama, seni (suara, tari, lukis), pertunjukkan, foto, bahkan dalam bentuk
peta. Para siswa hendaknya dimotivasi agar menjadi pembicara dan pendengar yang
baik.
3.
Dimensi Nilai dan Sikap (Value and Attitude)
Pada hakekatnya, nilai merupakan sesuatu yang berharga.
Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku
yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu
yang ketika berpikir atau bertindak. Umumnya, nilai dipelajari sebagai hasil
dari pergaulan atau komunikasi antarindividu dalam kelompok seperti keluarga,
himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau persatuan dari orang-orang yang
satu tujuan.
Heterogenitas nilai yang ada di masyarakat tentu menimbulkan
masalah tersendiri bagi guru dalam pembelajaran IPS di kelas. Di suatu pihak,
nilai dapat masuk ke dalam masyarakat dan tidak mungkin steril dari isu-isu
yang menerpa dan terhindar dalam masyarakat demokratis. Di pihak lain, tidak
dipungkiri bahwa nilai tertentu muncul dengan kekuatan yang sama dalam
masyarakat dan menjadi pembelajaran yang baik serta menjadi perlindungan dari
berbagai penyimpangan dan pengaruh luar. Agar ada kejelasan dalam mengkaji
nilai di masyarakat, maka nilai dapat dibedakan atas nilai sustantif dan nilai
prosedural.
a.
Nilai Substantif
Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh
seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan
informasi semata. Setiap orang memiliki keyakinan atau pendapat yang
berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya tentang sesuatu hal.
Dalam mempelajari nilai substantif, para siswa perlu
memahami proses-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk memecahkan
konflik dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain, siswa perlu mengetahui
ada keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan
implikasi dari nilai-nilai tersebut.
Manfaat lain dari belajar nilai substantif adalah siswa akan
menyatakan bahwa dirinya memiliki nilai tertentu. Guru harus menjelaskan bahwa
siswa membawa nilai yang beragam ke kelas sesuai dengan latar keluarga, agama,
atau budaya. Selain itu, guru perlu menyadari pula bahwa nilai yang dia anut
tidak semuanya berlaku secara universal.
Program pembelajaran IPS hendaknya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan, merefleksi, dan mengartikulasikan nilai-nilai
yang dianutnya. Proses ini tergantung pada nilai-nilai prosedural di kelas.
Siswa hendaknya memiliki hak mengambil posisi nilai mana yang akan dianut tanpa
paksaan atau menangguhkan keputusan dan tetap tidak mengambil keputusan. Dengan
kata lain, siswa hendaknya didorong untuk bersiap diri membenarkan posisinya,
mendengarkan kritikan yang ditujukan terhadap dirinya dan atau mengubah
keputusannya bila ada pertimbangan lain.
b.
Nilai Prosedural
Nilai-nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan
antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan
menghargai orang lain. Nilai-nilai kunci ini merupakan nilai yang menyokong
masyarakat demokratis, seperti: toleran terhadap pendapat yang berbeda, menghargai
bukti yang ada, kerja sama, dan menghormati pribadi orang lain. Apabila kelas
IPS dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi siswa secara efektif dan
diharapkan semakin memahami kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam,
maka siswa perlu mengenal dan berlatih menerapkan nila-nilai tersebut.
Pembelajaran yang mengaitkann pendidikan nilai ini secara
eksplisit atau implisit hendaknya telah ada dalam langkah-langkah atau proses
pembelajaran dan tidaklah menjadi bagian dari konten tersendiri. Dengan kata
lain, nilai-nilai ini tidak perlu dibelajarkan secara terpisah. Selain itu,
masyarakat demokratis yang ideal harus mampu mengungkapkan nilai-nilai pokok
dalam proses pembelajaran bukan hanya retorika semata bahkan harus menghormati
harkat dan martabat manusia, berkomitmen terhadap keadilan sosial, dan
memperlakukan manusia sama kedudukannya di depan hukum.
4.
Dimensi Tindakan (Action)
Tindakan sosial merupakan dimensi PIPS yang penting karena
tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif. Mereka pula
dapat belajar secara konkret dan praktis. Dengan belajar dari apa yang
diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga
jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, para siswa belajar menjadi
warga Negara yang efektif di masyarakat.
Dimensi tindakan sosial dapat dibelajarkan pada semua
jenjang dan semua tingkatan kelas kurikulum IPS. Dimensi tindakan social untuk
pembelajaran IPS meliputi tiga model aktivitas sebagai berikut.
- Percontohan
kegiatan dalam memecahkan masalah di kelas seperti cara berorganisasi dan
bekerja sama.
- Berkomunikasi
dengan anggota masyarakat dapat diciptakan.
- Pengambilan
keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya pada saat siswa
diajak untuk melakukan inkuiri.
B.
Struktur PIPS
Model pembelajaran alternatif untuk bidang ilmu-ilmu sosial
telah diperkenalkan dengan aneka ragam istilah diperkenalkan dengan aneka ragam
istilah, seperti : Model Inkuiri, Problem Solving, Berpikir Kritis,
Pengambilan Keputusan, dan sebagainya. Pada hakekatnya, model-model
pembelajaran ini lebih banyak menekankan pada upaya membelajarkan siswa secara
aktif (Students’ Active Learning).
Untuk menyajikan materi pembelajaran yang penuh dengan
muatan konsep, generalisasi dan teori, Marlin L. Tanck dalam Sapriya (2009)
memperkenalkan model pembelajaran konsep, generalisasi dan konstruk yang
dikenal dengan “A Model of A knowledge” (Model Struktur ilmu
Pengetahuan).
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran IPS dan sekaligus
menjadi tugas guru pada tingkat pendidikan dasar adalah menerjemahkan materi
yang sulit menjadi mudah atau materi pelajaran yang bersifat abstrak menjadi
konkret. Suatu upaya untuk menerjemahkan dan mengkonkretkan hal yang abstrak
tersebut biasanya diperlukan sesuatu yang berfungsi sebagai wakil atau
representasi. Sesuatu yang mewakili inilah yang dikenal dengan sebutan model.
Para siswa yang tengah belajar pada jenjang pendidikan menengah , perlu
dibimbing dan diperkenalkan kepada atau dilatih kemampuan dalam berpikir abstrak.
Dengan kata lain, para guru perlu memperkenalkan pengetahuan abstrak (abstrack
knowledge) kepada siswanya. Salah satu cara untuk membantu para siswa dalam
memiliki kemampuan ini adalah melalui perantara model.
C.
Model Struktur Pengetahuan
Menurut Tanck pengetahuan (knowledge) dianggap
sebagai hasil kerja intelektual yang dikembangkan oleh manusia melalui proses
psikologisnya. Hasil-hasil itu dapat digolongkan dalam bentuk/jenis pengetahuan
yang berbeda-beda. Jenis pengetahuan dapat dilihat sebagaimana dirancang dalam
model struktur atau organisasi pengetahuan.
Model ini berusaha membedakan jenis-jenis pengetahuan yang
berbeda-beda dan mengorganisasikannya dalam suatu struktur. Model ini dapat
mewakili suatu cara bagaimana pengetahuan yang bersifat abstrak ini dapat
digolongkan dan disusun sehingga para guru dapat dengan mudah merancang
pengajaran dan para siswa lebih mudah lagi belajar. Model dibawah ini dapat
diuji apakah model ini dapat membantu para guru lebih efektif merancang pengajaran
aspek pengetahuan pilihan yang bersifat abstrak dan apakah para siswa merasakan
terbantu pada waktu belajar menguasai pengetahuan pilihan tersebut.
Model struktur ilmu pengetahuan terdiri atas unsur-unsur
yang dapat digambarkan dalam diagram, sebagai berikut :
·
Construct
·
Generalization
·
Concept
·
Fact
and Atribute
Secara lebih rinci unsur-unsuryang ada dalam struktur ilmu
pengetahuan diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Atribut
Atribut merupakan karakteristik atau sifat sejumlah benda,
peristiwa atau ide yang dapat dibedakan. Atribut-atribut itu misalnya ciri-ciri
yang dapat dianggap sama, serupa atau berbeda. Atribut dapat didasarkan pada
fakta berupa informasi konkret yang dapat diverifikasi dari laporan orang lain
atau hasil pengamatan langsung seseorang. Apakah informasi itu akurat, dapat
dibuktikan dengan cara memeriksa kebenaran laporan atau dengan meneliti,
mendengarkan, menyentuh, dan merasakan.
Laporan lisan, gambar, dan chart data dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan atribut-atribut. Penkomunikasian fenomena dan kondisi yang
terlihat merupakan proses mempelajari atribut-atribut. Para siswa dapat
mempelajari atribut-atribut melalui proses persepsi, yakni memperoleh informasi
dari orang lain, atau pengamatan dan pengkajian oleh mereka sendiri.
Atribut dapat diketahui menurut tingkat kesadaran yang
berbeda-beda. Beberapa atribut dapat dengan udah dinyatakan sedangkan yang
lainnya mungkin dapat dipahami dan digunakan namun tidak mudah diungkapkan.
2.
Kelas
Kelas adalah pengelompokkan kategori benda-benda, peristiwa
atau pemikiran. Setiap kelas meliputi benda-benda yang memiliki kesamaan
atribut dan mengabaikan atribut-atribut yang berbeda atau tidak ada kaitannya.
Pengkelasan berdasarkan pada satu atau atribut tertentu, tidak pada semua atribut.
Pengkelasan merupakan sesuatu hal yang biasa dan banyak
kegunannya. Semua orang yang kita ketahui, kita tempatkan dalam ragam kelas,
seperti laki-laki – perempuan, kaya – miskin, bersahabat – bermusuhan.
Benda-benda hidup dapat dikelompokkan sebagai berikut: tanaman – hewan, mamalia
atau reptil atau burung, binatang buas – binatang piaraan. Kelompok buku-buku
dapat dibagi menurut jenisnya, seperti fiksi – nonfiksi, bersamul tebal –
bersampul tipis, mudah – sulit. Dengan demikian, kita dapatmengklasifikasikan
sesuatu secara praktis menurut pengalaman sesuai dengan atribut-atributnya.
3.
Simbol
Setiap kelas dapat dirujuk dengan suatu symbol. Symbol
menunjukkan kelas. Symbol dapat berupa kata-kata, tanda, gerak mimic,nomor
angka, atau yang lainnya. Apapun namanya simbol merupakan cara yang bermanfaat
untuk mengkomunikasikan tentang kelas. Kelas semua benda yang digunakan dalam
produksi mungkin cocok disebut “sumber-sumber produksi” atau “faktor-faktor
produksi”. Benda-benda seperti tanah dan pohon dapat dirujuk sebagai sumber
alam. Kelas benda-benda buatan manusia yang digunakan untuk memproduksi dapat
dinamakan “modal”. Kelompok orang yang bekerja untuk menghasilkan sesuatu
barang dapat disebut “tenaga kerja” (buruh) atau “sumber daya manusia”.
4.
Konsep
Konsep merupakan pokok pengertian yang bersifat abstrak yang
menghubungkan orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau pemikiran (ide).
Lahirnya konsep karena adanya kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan
oleh simbol. Konsep “tanah” bagi siswa merupakan sebutan umum untuk
sumber alam yang produktif. Konsep buruh menurut siswa merupakan sebutan
abstrak tentang apa yang dimiliki oleh semua anggota kelas/kelompok.
Konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang berkaitan
bukan dengan contoh tertentu melainkan dengan semua anggota kelas. Konsep dapat
dianggap sebagai suatu model kelompok benda yang terpikirkan. Konsep merupakan
cara berpikir menggenerelasasikan sejumlah anggota kelas yang khusus ke dalam
satu contoh model yang tidak nampak, termasuk atribut semua contoh yang
berbeda-beda.
Konsep bersifat subyektif dan menyatu. Semua orang membentuk
konsep dari pengalamannya sendiri. Dari pengalaman seperti mencatat
contoh-contoh dan mendengarkan diskusi yang melibatkan kelas, setiap orang menjadi
sadar akan pengertian dan atribut.
Konsep merupakan kesadaran internal yang mempengaruhi
perilaku yang tampak. Konsep-konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran
dapat diperoleh dari konsep disiplin ilmu atau dari konsep yang telah biasa
digunakan dilingkungan kehidupan siswa atau masyarakat setempat. Berikut ini
adalah matrik yang dapat dijadikan model oleh guru dalam proses pembelajaran.
5.
Generalisasi
Generalisasi merupakan penekanan suatu hubungan yang terjadi
antara atau antarkelas/kelompok. Pengertian yang dimaksud dalam generalisasi
dapat disebut preposisi, hipotesis, inferensi, kesimpulan, atau prinsip. Arti
generalisasi ini biasanya dikomunikasikan secara verbal dalam suatu pernyataan,
seperti “Lembaga-lembaga sosial cenderung ada di lingkungan masyarakat
manusia”. Pernyataan ini mengandung simbol untuk membentuk generalisasi.
Hubungan yang ditegaskan dalam bentuk pernyataan, seperti
“sumber daya alam, tenaga kerja dan modal digunakan dalam berbagai proses
produksi ” merupakan contoh generalisasi. Untuk memahami suatu generalisasi,
perhatikanlah beberapa prisipberikut ini:
1.
Generalisasi meliputi hubungan antar dua atau lebih konsep.
2.
Generalisasi bersinggungan dengan kelas/kelompok secara menyeluruh. Secara luas
dapat diterapkan terhadap hal-hal yang umum bukan hanya kepada hal-hal yang
khusus.
3.
Generlisasi merupakan abstraksi yang tingkatannya lebih tinggi dibanding
konsep. Sebagai pengertian dari suatu hubungan abstrak antara konsep-konsep
yang abstrak, generalisasi lebih abstrak daripada konsep.
4.
Generalisasi berdasarkan pada inferensi. Generalisasi berasal dari pemikiran
bukan dari pengamatan. Kita dapat dengan mudah melihat bahwa sumber daya alam,
tenaga kerja, dan modal digunakan dalam pertanian dan perhutanan, namun kita
dapat melihat bahwa semuanya dapat digunakan dalam semua proses produksi.
5.
Generalisasi merupakan penegasan yang dapat dianggap sebagai kebenaran dan
ketepatan. Apakah generalisasi itu benar dan akurat dapat diuji. Apabila orang
setuju dengan konsep-konsep yang digunakan dalam generalisasi bahwa “sumber
daya alam, tenaga kerja dan modal digunakan dalam semua proses produksi”, dapat
diuji dengan cara membuktikannya melalui proses inkuiri.
6.
Generalisasi bukan pernyataan atau penegasan yang verbalisme melainkan
pernyataan yang kebenarannya perlu dibuktikan melalui perilaku yang tampak.
Proses pembelajaran dengan teknik pengelompokan, aplikasi,
dan sisntesisi merupakan cara menyajikan bahan materi pelajaran untuk melatih
kemampuan berpikir siswa dalam mengaitkan satu konsep dengan konsep yang
lainnya. Agar siswa mahir dengan kemampuan ini, maka pelatihan dalam
pembelajaran perlu dilakukan secara berkelanjutan sesuai dengan karakter materi
palajarannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Program
Pendidikan IPS yang komprehensif adalah program yang mencakup empat dimensi
sebagai berikut:
1. Dimensi pengetahuan (Knowledge); mencakup
fakta, konsep dan generalisasi.
2. Dimensi keterampilan (Skills); mencakup keterampilan
meneliti, berpikir, partisipasi sosial, dan berkomunikasi.
3. Dimensi nilai dan
sikap (Values and
Attitudes); terdiri atas nilai substansif dan nilai prosedural.
Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya
hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata.
Nilai-nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai
kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai
pendapat orang lain.
4. Dimensi tindakan (Action). merupakan
dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi
peserta didik yang aktif.
B.
Saran
1.
Dalam mengajarkan IPS pada siswa sangat perlu ada upaya pencarian dan
penerapan model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar lebih
berkualitas.
2.
Mahasiswa calon guru perlu mempersiapkan model pembelajaran yang tepat yang
didukung oleh kemampuan penguasaan terhadap dimensi-dimensi PIPS dan
strukturnya.
3.
Agar lebih memahami tentang konsep dimensi dan struktur pendidikan IPS
hendaknya kita membaca dari berbagai literature yang mendukung atau bertanya
pada dosen pembimbing.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi,
Ridwan. 2010. Pengembangan
pendidikan IPS SD. Terdapat pada http://pjjpgsd.upi.edu/moodle/forum/1/593/MATERI_WEB.pdf. Diunduh pada tanggal 11 Maret 2011.
Ipadmanual.
2011. Dimensi-dimensi
pendidikan IPS. Terdapat pada http://ipadmanual.co.cc/pdf?dimensi-dimensi-pendidikan-ips. Diunduh pada tanggal 11 Maret 2011.
Ischak, dkk.
2004. Pendidikan IPS SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Lusmayan,
Wayan. 2009. Pendidikan IPS
di Sekolah Dasar. Terdapat pada http://lasmawan.wordpress.com/2009/03/23/pendidikan-ips-di-sd/. Diakses pada tanggal 11 maret 2011.
Sapriya.
2009. Pendidikan IPS.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar