BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Perkembangan pendidikan semenjak kita mencapai
kemerdekaan memberikan gambaran yang penuh dengan kesulitan. Pada masa ini,
usaha penting dari pemerintah Indonesia pada permulaan adalah tokoh pendidik
yang telah berjasa dalam zaman kolonial menjadi menteri pengajaran. Dalam
kongres pendidikan, Menteri Pengajaran dan Pendidikan tersebut membentuk
panitia perancang RUU mengenai pendidikan dan pengajaran. Hal ini dimaksudkan
untuk membentuk sebuah sistem pendidikan yang berlandaskan pada ideologi Bangsa
Indonesia sendiri.
Praktek pendidikan zaman Indonesia merdeka sampai
tahun 1965 bisa dikatakan banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan Belanda.
Praktek pendidikan zaman kolonial Belanda ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan penduduk pribumi secepat-cepatnya melalui pendidikan Barat.
Diharapkan praktek pendidikan Barat ini akan bisa mempersiapkan kaum pribumi
menjadi kelas menengah baru yang mampu menjabat sebagai "pangreh
praja". Praktek pendidikan kolonial ini tetap menunjukkan diskriminasi
antara anak pejabat dan anak kebanyakan. Kesempatan luas tetap saja diperoleh
anak-anak dari lapisan atas. Dengan demikian, sesungguhnya tujuan pendidikan
adalah demi kepentingan penjajah untuk dapat melangsungkan penjajahannya.
Yakni, menciptakan tenaga kerja yang bisa menjalankan tugas-tugas penjajah
dalam mengeksploitasi sumber dan kekayaan alam Indonesia. Di samping itu,
dengan pendidikan model Barat akan diharapkan muncul kaum bumi putera yang
berbudaya barat, sehingga tersisih dari kehidupan masyarakat kebanyakan.
Pendidikan zaman Belanda membedakan antara pendidikan untuk orang pribumi.
Demikian pula bahasa yang digunakan berbeda. Namun perlu dicatat, betapapun
juga pendidikan Barat (Belanda) memiliki peran yang penting dalam melahirkan
pejuang-pejuang yang akhirnya berhasil melahirkan kemerdekaan Indonesia.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Untuk membicarakan tentang
Perkembangan Perkembangan Pendidikan Pada Masa Jaman Kemerdekaan Indonesia yang
mengingat materinya yang
sangat luas dan mengingat waktunya yang terbatas maka perkenankan kami dalam
tulisan ini hanya akan menyampaikan pokok-pokok permasahannya yang meliputi:
1. Pendidikan pada masa kemerdekaan
2. Keadaan masyarakat pada masa orde lama
3. Semangat bergulirnya pemikiran dari tokoh pendidikan
klasik
4. Pendidikan insonesia setelah kemerdekaan
C.
MANFA’AT
MAKALAH
Supaya pembaca lebih mengerti dan memahami lagi
tentang Perkembangan Pendidikan Pada Masa Zaman Kemerdekaan Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENDIDIKAN
PADA MASA KEMERDEKAAN
Perkembangan pendidikan semenjak kita mencapai
kemerdekaan memberikan gambaran yang penuh dengan kesulitan. Pada masa ini,
usaha penting dari pemerintah Indonesia pada permulaan adalah tokoh pendidik
yang telah berjasa dalam zaman kolonial menjadi menteri pengajaran. Dalam
kongres pendidikan, Menteri Pengajaran dan Pendidikan tersebut membentuk
panitia perancang RUU mengenai pendidikan dan pengajaran. Hal ini dimaksudkan
untuk membentuk sebuah sistem pendidikan yang berlandaskan pada ideologi Bangsa
Indonesia sendiri.
Praktek pendidikan zaman Indonesia merdeka sampai
tahun 1965 bisa dikatakan banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan Belanda.
Praktek pendidikan zaman kolonial Belanda ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan penduduk pribumi secepat-cepatnya melalui pendidikan Barat.
Diharapkan praktek pendidikan Barat ini akan bisa mempersiapkan kaum pribumi
menjadi kelas menengah baru yang mampu menjabat sebagai "pangreh
praja". Praktek pendidikan kolonial ini tetap menunjukkan diskriminasi
antara anak pejabat dan anak kebanyakan. Kesempatan luas tetap saja diperoleh
anak-anak dari lapisan atas. Dengan demikian, sesungguhnya tujuan pendidikan
adalah demi kepentingan penjajah untuk dapat melangsungkan penjajahannya.
Yakni, menciptakan tenaga kerja yang bisa menjalankan tugas-tugas penjajah
dalam mengeksploitasi sumber dan kekayaan alam Indonesia. Di samping itu,
dengan pendidikan model Barat akan diharapkan muncul kaum bumi putera yang
berbudaya barat, sehingga tersisih dari kehidupan masyarakat kebanyakan.
Pendidikan zaman Belanda membedakan antara pendidikan untuk orang pribumi.
Demikian pula bahasa yang digunakan berbeda. Namun perlu dicatat, betapapun
juga pendidikan Barat (Belanda) memiliki peran yang penting dalam melahirkan
pejuang-pejuang yang akhirnya berhasil melahirkan kemerdekaan Indonesia.
Pada zaman Jepang meski hanya dalam tempo yang
singkat, tetapi bagi dunia pendidikan Indonesia memiliki arti yang amat
signifikan. Sebab, lewat pendidikan Jepang-lah sistem pendidikan disatukan.
Tidak ada lagi pendidikan bagi orang asing dengan pengantar bahasa Belanda.
Satu sistem pendidikan nasional tersebut diteruskan
se telah bangsa Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda.
Pemerintah Indonesia berupaya melaksanakan pendidikan nasional yang
berlandaskan pada budaya bangsa sendiri. Tujuan pendidikan nasional adalah
untuk menciptakan warga negara yang sosial, demokratis, cakap dan bertanggung
jawab dan siap sedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara. Praktek
pendidikan selepas penjajahan menekankan pengembangan jiwa patriotisme. Dari
pendekatan "Macrocosmics", bisa dianalisis bahwa praktek pendidikan
tidak bisa dilepaskan dari lingkungan, baik lingkungan sosial, politik, ekonomi
maupun lingkungan lainnya. Pada masa ini, lingkungan politik terasa mendominir
praktek pendidikan. Upaya membangkitkan patriotisme dan nasionalisme terasa
berlebihan, sehingga menurunkan kualitas pendidikan itu sendiri.
B.
KEADAAN
MASYARAKAT PADA MASA ORDE LAMA
Sesudah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945, terjadi perubahan kehidupan sosial dalam masyarakat Indonesia. Pada waktu
zaman kolonial Belanda adanya diskriminasi sebagai ciri pokoknya menempatkan
bangsa Belanda sebagai warga negara kelas satu, kemudian timur asing dan yang
terakhir adalah golongan pribumi Indonesia. Struktur itu berubah lagi setelah
zaman pendudukan Jepang tingkatannya meliputi kelas 1 adalah orang Jepang,
Pribumi Indonesia kelas 2, dan Timur Asing dan Indo menjadi warga negara kelas
3.
Setelah Indonesia merdeka diskriminasi yang pernah
dilakukan oleh kolonial Belanda maupun Jepang dihapuskan. Indonesia tidak
mengadakan perbedaan perlakuan berdasarkan ras, keturunan, agama, atau
kepercayaan yang dianut warga negaranya. Semua warga negara mempunyai hak dan
kewajiban yang sama. Namun, di sana-sini masih terdapat sisa-sisa semangat
diskriminasi dari zaman penjajahan yang harus kita lenyapkan.
Tetapi zaman permulaan yang penuh semangat
kebangsaan dalam menghadapi musuh dari luar, seperti ancaman Belanda yang masih
selalu berusaha kembali ke Indonesia bersama NICA, juga mulai masuk musuh dari
dalam yang berbentuk pengaruh ideologi Komunis. Akhirnya PKI menjadi partai
politik yang terbesar dan terkuat. Pengaruh ini mulai masuk ke dalam parpol
seperti PNI dengan mengubah namanya menjadi Marhaenism dari PNI menjadi
Marxisme yang diterapkan dalam kondisi Indonesia.Ke dalam dunia pendidikan,
pengaruh ideologi kiri masuk melalui pengangkatan Menteri PP dan K Prof. Dr.
Priyono dari partai kiri Murba.
C.
SEMANGAT
BERGULIRNYA PEMIKIRAN DARI TOKOH PENDIDIKAN KLASIK
1. Ki
Hajar Dewantoro
Ki Hajar Dewantoro adalah Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia yang banyak mengkonsep sistem pendidikan nasional
pada masa awal kemerdekaan. Visi, misi dan tujuan pendidikan yang digagas oleh
Ki Hajar Dewantoro adalah bahwa pendidikan sebagai alat perjuangan untuk
mengangkat harkat, martabat dan kemajuan umat manusia secara universal.
Sehingga mereka mampu berdiri kokoh sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang
telah maju dan tetap berpijak kepada identitas dirinya sebagai bangsa yang
telah memiliki peradaban dan kebudayaan yang berbeda dengan bangsa lain.
Selanjutnya Ki Hajar Dewantoro juga
menginginkan agar pendidikan yang diberikan kepada bangsa Indonesia adalah
pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman, yaitu pendidikan yang dapat
membawa kemajuan bagi peserta didik. Ungkapan ini merupakan respon dari adanya
pendidikan yang diberikan oleh pemerintah Belanda kepada rakyat kita, yaitu
pendidikan yang mengajarkan hal-hal yang sulit dipelajari tetapi tidak
berfungsi untuk masa depan.
2. Hasyim
Asy’ari
Gagasan Hasyim Asy’ari adalah bahwa
untuk berjuang mewujudkan cita-cita nasional termasuk dalam bidang pendidikan,
diperlukan wadah berupa organisasi pada tahun 1926 ia mendirikan Jam’iyah
Nahdlatul Ulama, dalam organisasi ini Hasyim Asy’ari berjuang membina dan menggerakkan
masyarakat melalui pendidikan. Beliau juga mendirikan pondok pesantren sebagai
basis pendidikan dan perjuangan melawan Belanda.
3. K.H.
Ahmad Dahlan
Selain itu, Ahmad Dahlan juga
berpandangan bahwa pendidikan harus membekali siswa dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang diperlukan untuk mencapai kehidupan dunia. Oleh karena itu,
pendidikan yang baik adalah pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat
dimana siswa itu hidup. Dengan pendapatnya yang demikian itu, sesungguhnya
Ahmad Dahlan mengkritik kaum tradisionalis yang menjalankan model pendidikan
yang diwarisi secara turun temurun tanpa mencoba melihat relevansinya dengan
perkembangan zaman.
Ahmad Dahlan sadar, bahwa tingkat partisipasi muslim yang rendah dalam sektor-sektor pemerintahan itu karena kebijakan pemerintah kolonial yang menutup peluang bagi muslim untuk masuk. Berkaitan dengan kenyataan serupa ini, maka Ahmad Dahlan berusaha memperbaikinya dengan memberikan pencerahan tentang pentingnya pendidikan yang sesuai perkembangan zaman bagi kemajuan bangsa. Berkaitan dengan masalah ini Ahmad Dahlan mengutip ayat 13 surat al-Ra’d yang artinya: Sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.
Ahmad Dahlan sadar, bahwa tingkat partisipasi muslim yang rendah dalam sektor-sektor pemerintahan itu karena kebijakan pemerintah kolonial yang menutup peluang bagi muslim untuk masuk. Berkaitan dengan kenyataan serupa ini, maka Ahmad Dahlan berusaha memperbaikinya dengan memberikan pencerahan tentang pentingnya pendidikan yang sesuai perkembangan zaman bagi kemajuan bangsa. Berkaitan dengan masalah ini Ahmad Dahlan mengutip ayat 13 surat al-Ra’d yang artinya: Sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.
Upaya mewujudkan visi, misi dan tujuan
pendidikan sebagaimana tersebut di atas dilaksanakan lebih lanjut melalui
organisasi Muhammadiyah yang didirikannya. Salah satu kegiatan atau program
unggulan organisasi ini adalah bidang pendidikan. Sekolah Muhammadiyah yang
pertama berdiri satu tahun sebelum Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi
berdiri. Pada tahun 1911 Ahmad Dahlan mendirikan sebuah madrasah yang
diharapkan bisa memenuhi kebutuhan kaum muslimin terhadap pendidikan agama dan
pada saat yang sama bisa memberikan mata pelajaran umum.
D.
Pendidikan
di Indonesia Setelah Kemerdekaan (1945-1969)
Pendidikan dan pengajaran sampai tahun 1945 di
selenggarakan oleh kentor pengajaran yang terkenal dengan nama jepang Bunkyio
Kyoku dan merupakan bagian dari kantor penyelenggara urusan pamong praja yang
disebut dengan Naimubu. Setelah di proklamasikannya kemerdekaan, pemerintah
Indonesia yang baru di bentuk menunjuk Ki Hajar Dewantara, pendiri taman siswa,
sebagai menteri pendidikan dan pengajaran mulai 19 Agustus sampai 14 November
1945, kemudian diganti oleh Mr. Dr. T.G.S.G Mulia dari tanggal 14 November 1945
sampai dengan 12 Maret 1946. tidak lama kemudian Mr. Dr. T.G.S.G Mulia dig anti
oleh Mohamad Syafei dari 12 Maret 1946 sampai dengan 2 Oktober 1946. karena
masa jabatan yang umumnya amat singkat, pada dasarnya tidak bayak yang dapat
diperbuat oleh para mentri tersebut.singkat, pada dasarnya tidak bayak yang
dapat diperbuat oleh para mentri tersebut.
1. Tujuan
Dan Kurikulum Pendidikan
Dalam kurun waktu 1945-1969, tujuan
pendidikan nasional Indonesia mengalami lima kali perubahan. Sebagaimana
tertuang dalam surat keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
(PP & K), Mr. Suwandi, tanggal 1 Maret 1946, tujuan pendidikan nasional
pada masa awal kemerdekaan amat menekankan penanaman jiwa patriotosme. Hal ini
dapat di pahami, karena pada saat itu bangsa Indonesia baru saja lepas dari
penjajah yang berlangsung ratusan tahun, dan masih ada gelagat bahwa Belanda
ingin kembali menjajah Indonesia. Oleh karena itu penanaman jiwa patrionisme
melalui pendidikan dianggap merupakan jawaban guna mempertahankan negara yang
baru diproklamasikan.
Sejalan dengan perubahan suasana
kehidupan kebangsaan, tujuan pendidikan nasional Indonesia pun mengalami
perluasan; tidak lagi semata menekan jiwa patrionisme. Dalam Undang-Undang No.
4/1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. “Tujuan
pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia yang cukup dan warga negara
yang demokaratis secara bertanggung jawab tentang kesejahtraan masyarakat dan
tanah air”.
Kurikulum sekolah pada masa-masa awal
kemerdekaan dan tahun 1950-an di tujukan untuk:
a. meningkatkan
kesadaran bernegara dan bermasyarakat,
b. meningkatkan
pendidikan jasmani,
c. meningkatkan
pendidikan watak,
d. menberikan
perhatian terhafap kesenian,
e. menghubungkan isi pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari, dan
f.
mengurangi pendidikan pikiran.
Menyusul
meletusnya G-30 S/PKI yang gagal, maka melalui TAP MPRS No. XXVII/MPRS/1966
tentang Agama, Pendidikan, dan kebudayaan di adakan perubahan dalam rumusan
tujuan pendidikan nasional yaitu, “Membentuk manusia pancasilais sejati
berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikenhendaki oleh pembukaan UUD
1945”.
2. Sistem
Persekolahan
Sistem pendidikan di Indonesia pada awal
kemerdekaan pada dasarnya melanjutkan apa yang dikembangkan pada zaman
pendudukan jepang. Sistem dimaksud meliputi tiga tingkatan yaitu pendidikan
rendah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan rendah adalah Sekolah Rakyat
(SR) 6 tahun. Pendidikan menengah terdiri dari sekolah menengah pertama dan
sekolah menengah tinggi. Sekolah menengah pertama yang berlangsung tiga tahun
mempunyai beberapa jenis, yaitu sekolah menegah pertama (SMP) sebagai sekolah
menengah pertama umum; kemudian sekolah teknik pertama (STP), kursus kerajinan
negeri (KKN), sekolah dagang,sekolah kepandayan putrid (SKP) sebagai sekolah
menengah pertama kejuruan; serta sekolah guru B (SGB) dan sekolah guru C (SGC)
sebagai sekolah menengah pertama keguruan.
Sekolah menegah tinggi berlangsung tiga
tahun, meliputi sekolah menengah tinggi (SMT) sebagai sekolah menengah umum,
dan sekolah kejuruan berupa sekolah teknik menengah (STM), sekolah teknik (ST),
sekolah guru kepandayan putrid (SGKP), sekolah guru A (SGA) dan kursus guru.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sistem pendidikan nasional di Indonesia pada zaman
orde lama masih banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan zaman Belanda. Dalam
usahanya Ki hajar Dewantara sebagai Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan mencoba merumuskan Sistem pendidikan nasional yang berlandaskan
budaya bangsa Indonesia sendiri demi mewujudkan bangsa yang terhormat dan maju.
B.
SARAN
Dari isi
makalah yang telah dibuat, mudah-mudahan kita semua dapat memahami dengan jelas
apa isi dari makalah ini dan semoga dengan karya tulis ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Muh. Said dan Junima Affan, Mendidik
dari Zaman ke Zaman, Bandung: Jemmars, 1987.
Nugroho Noto Susanto, Sejarah Nasional
Indonesia, Depdikbud, 1983.
Tim Sejarah, Sejarah 2, Jakarta:
Yudhistira, 1994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar